KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM”.
Makalah ini disusun guna memberikan informasi tambahan mengenai
perspektif Islam tentang IPTEK dan seni, dan juga untuk memenuhi tugas mata
kuliah Agama Islam. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
sumbernya berupa artikel dan tulisan telah penulis jadikan referensi guna
penyusunan makalah ini, semoga dapat terus berkarya guna menghasilkan
tulisan-tulisan yang mengacu terwujudnya generasi masa depan yang lebih baik.
Penulis berharap, semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, banyak kekurangan dan kesalahan.
Padang,
oktober 2010
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR............................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang....................................................................................................................
B.
Tujuan
...............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
Hakikat Ilmu Pengetahuan, dan
Teknologi.........................................................................
B.
Seni dalam
Islam.................................................................................................................
C.
Interaksi Iman,IPTEK, dan Seni
dalam Islam.......................................................................
D.
Keutamaan Orang Berilmu dan
Tanggung Jawabnya Terhadap Lingkungan......................
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan..........................................................................................................................
B.
Saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengeetahuan, teknologi dan seni (IPTEKNI) adalah
tiga ranah yang berbeda tapi tidak dapat dipisahkan. Secara sederhana, ilmu
adalah pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan dengan
menggunakan metode berpikir ilmiah (scientifc
method) dan disusun secara sistematis. Ilmu bukan pengetahuan biasa yang
mencakup segenap bentuk yang diketahuai yang di dalam istilah inggris ddi sebut
knowledge. Menurut Soekarno
(2000:6)”ciri-ciri ilmu pengetahuan itu adalah (1) pengetahuan (2) sis-tematis
(3) menggunakan pemikiran (4) dapat dikontrol secara kritis
B. TUJUAN
Penulisan makalah ini
bertujuan untuk membahas secara teoritis tentang iptek seni dalam islam.
Kegunaan makalah ini
adalah untuk memberitahukan kepada semua orang tentang perlunya iptek dan seni
dalam islam untuk menjaga dan mengembangkan iptek tersebut agar menjadi lebih
baik lagi tetapi tetap dalam norma-norma yang berlaku dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan, dan
Teknologi
Munculnya suatu ilmu tidak lepas dari suatu pengetahuan yang
diperoleh sebelumnya. Seseorang tidak mungkin mendapatkan suatu ilmu jika yang
bersangkutan belum mendapatkan suatu pengetahuan. Oleh karena itu suatu ilmu
sering juga disebut dengan pengetahuan, dan atau sering digabungkan
menjadi ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri dapat diperoleh melalui
indera dalam memahami fenomena yang ada di sekitar lingkungannya
(Empirisme). Pengetahuan manusia hanya dapat diperoleh melalui pengalaman,
dan tanpa pengalaman manusia tidak akan dapat memperoleh pengetahuan.
Pada sisi lain pengetahuan juga dapat diperoleh melalui ide-ide yang berada dalam
fikirannya (Rasionalisme).
Pengertian IPTEK
Pengetahuan yang dimiliki manusia ada dua
jenis, yaitu:
1. Dari luar
manusia, ialah wahyu, yang hanya diyakini bagi mereka yang beriman kepada Allah
swt. Ilmu dari wahyu allah ditema dengan yakin, sifatnya mutlak.
2. Dari dalam diri
manusia, dibagi dalam tiga kategori : pengetahuan, ilmu pengetahuan, dan
filsafat.
Ilmu dari manusia diterima dengan kritis,
sifatnya nisbi. Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sumber Islam yang isi
keterangannya mutlak dan wajib diyakini (QS. Al-Baqarah/2:1-5 dan QS.
An-Najm/53:3-4). Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu
sangat berbeda maknanya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui
manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat sedangkan, ilmu
adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara etimologis kata ilmu
berarti kejelasan, oleh karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan.
Dalam
Al-Qur’an, ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek
pengetahuan sehingga memperoleh kejelasan. Dalam kajian filsafat, setiap ilmu
membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Sebab itu seseorang yang
memperdalam ilmu tertentu disebut sebagai spesialis, sedangkan orang yang
banyak tahu tetapi tidak mendalam disebut generalis. Istilah teknologi
merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang budaya, teknologi
merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan.
Meskipun
pada dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam
situasi tertentu teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk
merusak dan potensi kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan
dengan teknologi. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan
kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa
ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan lingkungannya yang
berakibat kehancuran alam semesta. Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu
yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan.
Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan
akal budinya berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu,
ilmu dalam pemikiran Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge)
tingkat kebenarannya bersifat mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada pula
ilmu yang bersifat perolehan (aquired knowledge) tingkat kebenarannya bersifat
nisbi, karena bersumber dari akal pikiran manusia . Dalam pemikiran sekuler
perennial knowledge yang bersumber dari wahyu Allah tidak diakui sebagai ilmu,
bahkan mereka mempertentangkan antara wahyu dengan akal, agama dipertentangkan
dengan ilmu. Sedangkan dalam ajaran Islam wahyu dan akal, agama dan ilmu harus
sejalan tidak boleh dipertentangkan. Memang demikian adanya karena hakikat
agama adalah membimbing dan mengarahkan akal.
B. Seni dalam Islam
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi
manusia dengan segala prosesnya. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil
ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni
identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran.
Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari
nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan
akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang
yang kematangan jiwanya terus bertambah.
C. Interaksi Iman, IPTEK, dan
Seni dalam Islam
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis
yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Di dalamnya
terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Ilmu
diidentikkan dengan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan/cabang-cabang
ilmu pengetahuan. Sedangkan amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan
teknologi dan seni. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan dan ketakwaan
tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat
manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya
sendiri. Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan kepada
Allah akan memberikan jaminan keselamatan bagi kehidupan umat manusia termasuk
bagi lingkungannya.
D. Keutamaan Orang Berilmu dan
Tanggung Jawabnya Terhadap Lingkungan
Keutamaan Orang yang Berilmu
Seringkali manusia melupakan segi etika atau
moral dari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan. Secara moral
adalah norma apabila lingkungan akan memberikan kepada manusia berbagai hal yang
akan dikemukannya. bahkan manusia juga harus memberikan toleransi kepada
kenyataan bahwa sewaktu-waktu dapat timbul malapetaka bagi kehidupan manusia.
Jika manusia dapat berlaku adil dengan semua makhiuk hidup di alam ini, maka
disini letak kebenaran norma moral yang baik, dimana manfaat yang diperoleh
dari alam ini, harus juga memberikan manfaat kepada manusia lain. Manusia dan masyarakat mengembangkan sistem
nilai yang sesuai dengan keadaan lingkungan.
Manusia
menyesuaikan pada hidupnya dengan irama yang ditentukan oleh lingkungan alam.
Karena perubahan lingkungan alam berada diluar kendali tangan manusia, maka
manusia memasrahkan diri kepada lingkungan. Hal inilah yang melahirkan suatu
kebiasaan, tradisi dan hukum yang tidak tertulis, yang kemudian mengatur
pergaulan hidup masyarakat. Perilaku
manusia merupakan pencerminan dari moral manusia yang dimilikinya. Citra
manusia hanya mempunyai relevansi, jika dalam kehidupan bersama dalam kelompok
masyarakat. Sebab dalam kehidupan berkelompok itulah terdapat sistem-sistem
perlambang yang selanjutnya berfungsi sebagai sumber nilai. Cara manusia
mewujudkan diri adalah hasil pilihannya sendiri. Oleh karena itu, apapun
pilihannya, manusia sendiri yang bertanggung jawab.
Tanggung jawab Ilmuwan Terhadap
Lingkungan
Ada dua fungsi utama manusia di dunia yaitu
sebagai abdun atau hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di bumi. Esensi dari
abdun adalah ketaatan, ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan
Allah, sedangkan esensi khalifah adalah tanggungjawab terhadap diri sendiri dan
alam lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Dalam
konteks abdun, manusia menempati posisi sebagai ciptaan Allah. Posisi ini
memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada
penciptanya. Keengganan manusia menghambakan diri kepada Allah sebagai pencipta
akan menghilangkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan sang pencipta
berupa potensi yang sempurna yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya yaitu
potensi akal.
Dengan
hilangnya rasa syukur mengakibatkan ia menghambakan diri kepada hawa nafsunya.
Keikhlasan manusia menghambakan dirinya kepada Allah akan mencegah penghambaan
manusia kepada sesama manusia termasuk pada dirinya. Manusia diciptakan Allah
dengan dua kecenderungan yaitu kecenderungan kepada ketakwaan dan kecenderungan
kepada perbuatan fisik (QS. Asy-Syams/91:8). Dengan kedua kecenderungan
tersebut, Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai alat bagi manusia
untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan bukan pada kejahatan
yang selalu didorong oleh nafsu amarah.
Fungsi yang kedua sebagai khalifah atau wakil Allah di muka bumi.
Manusia
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi, menggali sumber-sumber daya serta
memanfaatkannya dengan sebesar-besar kemanfaatan untuk kehidupan umat manusia
dengan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena alam
diciptakan untuk kehidupan manusia sendiri. Untuk menggali potensi alam dan
memanfaatkannya diperlukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memadai. Allah
menciptakan alam, karena Allah menciptakan manusia. Oleh karena itu, manusia
mendapat amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya
dan keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dalam sudut pandang filsafat
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra,
intuisi dan firasat yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi dan
diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji
kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Sedangkan ilmu pengetahuan
dalam Al-Qur’an adalah proses pencapaian segala sesuatu yang diketahui manusia
melalui tangkapan pancaindra, intuisi dan firasat dan obyeknya sehingga
memperoleh kejelasan.
Teknolgi adalah dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis
dari ilmu pengetahuan yang berkarakteristik netral dan obyektif. Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi
manusia dengan segala prosesnya serta merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil
ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia.
Seni
identik dengan keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Seni
yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah
hawa nafsu bukan akal dan budi. Jika manusia berlaku adil dengan semua yang
makhluk hidup di alam ini, maka disini letak kebenaran norma moral yang baik,
dimana manfaat yang dieroleh dari alam ini, harus juga memberikan manfaat
kepada manusia lain. Manusia menyesuaikan pada hidupnya dengan irama yang
ditentukan oleh lingkungan alam. Karena perubahan lingkungan alam berada diluar
kendali tangan manusia, maka manusia memasrahkan diri kepada lingkungan. Dalam pandangan Islam, antara iman, ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis
yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut Dienul Islam. Di dalam Dienul
Islam terkandung tiga unsur pokok yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata
lain iman, ilmu dan amal shaleh atau ikhsan.
B.
SARAN
Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimanan
dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat
bagi umat manusia dan alam lingkungannya. Fungsi utama manusia yaitu, abdun: ketaatan,
ketundukan dan kepatuhan kepada kebenaran dan keadilan, dan khalifah:
tanggungjawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungannya, baik lingkungan
sosial maupun lingkungan alam. Allah memberikan petunjuk berupa agama sebagai
alat bagi manusia untuk mengarahkan potensinya kepada keimanan dan ketakwaan
bukan pada kejahatan yang selalu didorong oleh nafsu amarah. Manusia mendapat
amanah dari Allah untuk memelihara alam, agar terjaga kelestariannya dan
keseimbangannya untuk kepentingan umat manusia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.si.its.ac.id/kurikulum/materi/iptek/manusialingkungan.html
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-
2004-simonsimor-1746&q=Human
http://www.ziddu.com/download/5235808/4MakalahSeniBudayadanIptekdala
mPandanganIslam.rtf.html
http://saiful-jihad.blogspot.com/2009/07/vi-ipteks-dalam-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar